Ads Right Header

Buy template blogger

Puisi Kritik Sosial: Jelang Masa Berlalu (Bagian Kedua)

Foto Ricardus Jundu (Sumber: Dokumen pribadi)

Kumpulan Puisi Kritik Sosial, Karya: Ricard Jundu


 Penguasa Keadilan

Waktu terus berlalu pergi

Duka menyelimuti malam

Berlanjut hingga pagi

Setiap detik terasa kelam

Dalam ketidakadilan

Dimanakah keadilan?

Hati luka

Bertumpuk duka

Tanpa keadilan

Jeritan suara kesedihan

Mencuat begitu deras

Terlepas dari mulut-mulut 

Tanpa kekuasaan

Sungguh terdengar jelas

Hukum pura-pura tuli

Tak peduli berkali-kali

Dimanakah keadilan?

Bagi kaum tanpa kekuasaan

Teriakan kebenaran

Hanyalah teori belaka

Untuk rakyat jelata

Bukan untuk orang bertahta

Baca Juga: Kumpulan Puisi Kritik Sosial || Ricard Jundu

Membeli Kesembuhan

Rakyat yang malang

Beban bagi kekuasaan

Hidupmu  selalu terbelakang

Sampai kapan demikian?


Mati pun meninggalkan beban

Uangmu tak cukup untuk kesembuhan

Deritamu selalu menjadi permasalahan

Dalam lingkaran kekuasaan


Cukup sudah kau berteriak

Merengek bagai bayi kelaparan

Kekuasaan tak sanggup lagi mengurusmu

Seharusnya kau sadari itu


Rakyat yang malang

Kau dilarang sakit

Sehat milik orang berharta gemilang

Kau harus sehat walau makan sedikit

Baca Juga: Perahu Kecil Wanitaku; Puisi Ricardus Jundu

Jalan Rakyat

Lagu simponi rindu

Dalam gelap tetap merdu

Dini hari, waktunya pelan berlalu

Ditemani angin dingin yang malu


Dini hari, gelap, dan dingin

Bus kayu melaju tanpa henti

Jalannya lambat dan pasti

Hanya jalannya yang tak pasti


Jalan rakyat memang begitu

Kadang baik

Kadang berlubang

Kadang tanpa polesan


Begitulah Jalan rakyat

Setiap hari dilintasi masyarakat

Tetap tersenyum walau hati tersayat

Terluka oleh janji manis yang kumat


Setiap lima tahun kembali menipu

Suaranya mengaum tanpa ragu

Selepasnya, lalu berlalu

Seiring jalan janji jadi kelabu


Begitulah nasib rakyat

Hidup melarat

Jalanannya pun sekarat

Menunggu Tuhan dalam berkat

Baca Juga: Senja di Pelataran Kota Gudek

Cahaya Pelita

Di bawah lereng bukit

Malam menampakkan kesunyian

Cahaya-cahaya redup berjejer rapi 

Temani bintang, hiasi gelapnya langit


Jangkrik menyanyikan lagu sendu

Begitu terus sampai malam berlalu

Bersama cahaya kunang-kunang

Berkedip seirama dalam rasa senang


Cahaya pelita

Jadi saksi janji manis pemulung suara

Cahaya pelita

Bersuara dalam redup tanpa arah


Terang hanyalah kerinduan

Dalam tidur malam pemimpi

Cahaya yang redup, tegak berdiri sendiri

Temani pemimpi yang lagi terlelap

(Red.pikiRindu)


Penulis merupakan orang yang suka jalan-jalan di pedalaman Flores - NTT. Penulis juga penyuka karya sastra dan seni, pegiat usaha mikro yang bergerak di ekonomi kreatif-bisnis digital dengan nama usahanya Flores Corner (naiqu, cemilan santuy, dan JND desain), serta pengajar di Unika Santu Paulus Ruteng. Hasil tulisan penulis sudah banyak dipublikasikan di berbagai media cetak dan online. 

Previous article
Next article

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel