-->

Child Protection: Dari Budaya Lama Menuju Budaya Baru

Ilustrasi (Sumber: pixabay)

Penulis: Faldo Mogu, Editor: Selvianus Hadun

Suatu Kecemasan

Kasus kekerasan terhadap anak-anak berusia di bawah 18 tahun tak pelak selamat dari perbincangan publik. Permasalahan demikian acapkali terjadi dalam rentetan-rentetan waktu. Selesai satu, kemudian muncul yang lain. Begitulah kejadiannya secara terus menerus dan tidak pernah berhenti. Ibarat roda yang selalu berputar mengelilingi porosnya. 

Kendati melihat realitas tersebut, tak dapat dipungkiri lagi dalam waktu mendatang keadaan akan semakin mengenting, apalagi jikalau diikuti oleh sikap masah bodoh dalam menanggapinya. Niscaya, nestapa akan selalu meliputi kita.

Itulah sebabnya seruan untuk melindung dan merawat anak-anak (child protecion) mesti dilantangkan secara lebih keras lagi, serta perlu diikuti oleh bukti nyata yang jelas, supaya kita tidak akan ditimpa nestapa secara terus menerus. Terkait dengan child protecion ini kita dapat belajar dari budaya Eropa. 

Berapa puluhan tahun silam di Eropa, relasi antara kaum yang lebih tua atau dewasa dengan anak-anak merupakan suatu hal biasa, dan tidak pernah dibayangkan akan memberi sumbangsih untuk menambahkan deretan-deretan kasus di Eropa.

Namun, nyatanya relasi tersebut kian memprihatinkan, sebab budaya relasinya cendrung menampilkan fakta memilukan. Misalnya praktik, mencabuli, memukul, dan tindakan pendiskriminasian lainnya terhadap anak-anak, yang kemudian beresiko tinggi terhadap  masa depan mereka (future). Alhasil, muncullah suatu budaya baru dari orang-orang Eropa untuk lebih memperhatikan kehidupan anak-anak. 

Hal ini dibenarkan oleh Pater Salvino, CS mantan general superior Scalabrinian, dalam suatu seminar bertajuk “Human Rights” bersama para frater Scalabrinian di Ruteng, beliau menegaskan bahwa relasi dengan anak-anak saat ini di Eropa mengalami perubahan signifikan. Dari yang biasa-biasa saja, sekarang menjadi suatu hal yang amat serius.

Dalam artian saat ini kaum yang digolongkan sebagai orang tua atau dewasa tidak lagi bertindak sewenang-wenang dengan anak-anak dalam suatu relasi sosial seperti biasanya. Pasalnya mereka juga mempunyai hak yang mesti diperhatikan, dihargai dan diakui oleh siapa saja.

Mereka mesti diperhatikan sebab seringkali jeritan mereka tidak pernah diperhatikan. Mereka perlu dibela sebab seringkali mereka tak mampu membela dirinya sendiri. Mereka perlu dihargai sebab mereka juga manusia, bukan hewan. Ketiga hal tersebutlah menjadi hal esensial mengapa relasi dengan anak-anak perlu dijaga dan tidak boleh sewenang-wenang memperlakukan mereka.

Berangkat dari fakta di Eropa tersebut, saya kemudian mencemaskan bahwa kejadian yang sama akan terjadi di Indonesia secara lebih khusus di Nusa Tenggara Timur (NTT). Fakta demikian membuat saya bergumul dalam beberapa pertanyaan; 1) Bagaimana keadaan anak-anak NTT saat ini? 2) Bagaimana budaya relasi dengan anak-anak di NTT? 3) Apa yang terjadi dengan mereka?

Potret Memilukan Di NTT

Saat ini, sadar ataupun tidak sadar, tahu ataupun tidak tahu, dunia Nusa Tenggara Timur sedang dihujani oleh berbagai kasus kekerasan terhadap anak, baik  dalam bentuk fisik maupun psikis. Sungguh disayangkan sebab kasus tersebut mengalami peningkatan dari tahun per tahunnya. 

Berdasarkan data Lembaga Bantuan Hukum Asiosiasi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan NTT (LBH APIK NTT), grafik tersebut terhitung mengalami kenaikan drastis sejak pandemi tahun 2019 silam sampai saat ini. Secara logic maraknya kejadian tersebut menjelaskan secara gamblang terkait minimnya keperihatinan pemerintah umumnya dan kita khususnya dalam menciptakan lingkungan yang aman untuk perkembangan dan pertumbuhan anak-anak.

Pada tahun 2022 silam LBH APIK NTT berusaha mengkaji kasus kekerasan tersebut. Berdasarkan hasil kajian  ditemukan bahwa 87% korban kekerasan seksual ialah anak-anak yang usianya tergolong 4-17 tahun. Padahal ketika melihat data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), persentase usia produktif NTT ialah didominasi oleh anak-anak, yaitu: Untuk usia 5-9 tahun sejumlah 511.354 jiwa. 

Untuk usia 10-14 tahun sejumlah 594.709 jiwa. Serta untuk usia 15-19 tahun sejumlah 604.721 jiwa. Sementara untuk kaum dewasa dan orang tua sangat jauh berada di bawah persentase anak-anak. 

Selain itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), NTT juga menempati posisi pertama sebagai provinsi yang mempunyai populasi anak usia dininya terbanyak yaitu 13, 96%. Kemudian diikuti oleh Sulawesi Tenggara dengan persentase 13,82% dan yang paling sedikit ialah Yogyakarta 9,26%.

Lebih lanjut direktris LBH APIK NTT Ansy D. Rihi, menegaskan bahwa terdapat tiga konsekuensional dari kekerasan terhadap anak. Pertama terdapat banyak anak yang meninggal. Kedua mengalami luka serius. Ketiga mengalami cacat fisik dan psikis. Ketiga hal ini terjadi lantaran usia korban yang masih amat terlalu mudah. Sungguh disayangkan! 

Kendati demikian, apalah jadinya nanti dunia Nusa Tenggara Timur, jika mereka yang berproduktif ditumbangkan karena kekerasan yang seringkali menimpai mereka. Lantas suatu pertanyaan muncul, Nusa Tenggara Timur mau jadi apa? Akankah NTT dapat menjadi daerah maju?

Budaya Lama

Hemat saya, melihat maraknya usia produktif yang ditumbang karena kekerasan, tak dapat dipungkiri lagi bahwa nestapa akan selalu meliputi NTT nantinya. Hal ini juga akan menyebabkan NTT terus hidup dalam jurang keterpurukan, sebab mereka (anak-anak) merupakan generasi perubahan. 

Namun, apalah dayanya jika mereka tumbang sejak kecil. Seorang psikolog Henry Murray (1954) menulis bahwa kejadian di masa kecil akan sangat mempengaruhi keberadaan seseorang pada masa dewasanya. 

Artinya, kekerasan terhadap anak saat ini akan merusak keproduktifitasannya, sehingga jelas ia tak lagi mampu menjadi generasi perubahan. Hal demikian memang tidak begitu tampak secara jelas. 

Namun saat ini sadar atau tidak, kita sedang mengalaminya, dan pasti akan lebih genting dalam waktu mendatang. Apa yang terjadi di Eropa saat ini tentu dalam tempo singkat akan kita alami. Untungnya sebagaimana yang dijelaskan oleh Pater Salvino,CS, orang-orang Eropa saat ini sudah berada pada tahap penanganan.

Mereka berusaha mentransformasi diri dari budaya lama menuju budaya baru. Dari yang awalnya memperlakukan anak-anak semaunya saja, kini lebih menghargai mereka. Melihat hak mereka sebagai manusia ciptaan Tuhan. 

Ironisnya tidak begitu dengan NTT. Masyarakat NTT masih mandek dalam zona nyaman. Budaya memperlakukan anak sewenang-wenang, seperti mencabuli, memukul dan tindakan pendiskriminasian lainnya, masih saja diberlakukan. Peribahasa lama yang mengatakan “ada emas di ujung rotan” masih kental dihidupi oleh segenap masyarakat. 

Budaya seperti inilah yang telah dijalani oleh masyarakat Eropa sejak puluhan tahun silam. Tetapi mereka sadar, hal tersebut merupakan suatu masalah besar yang akan menghancurkan kehidupan bangsa jikalau tidak ditangani. Lalu mengapa NTT tidak bisa mentransformasi seperti orang-orang Eropa saat ini?

Terkuaknya beberpa kasus kekerasan akhir-akhir ini telah menjelaskan secara gamblang bahwa masyarakat NTT masih belum peduli dengan problematik ini. Terkuaknya kasus pelecehan seksual oleh seseorang guru SMK Negeri di Ruteng, Manggarai pada awal tahun 2023, kemudian kasus pelecehan seksual  terhadap bocah 3,5 tahun di Manggarai Timur oleh seorang mantan anggota DPRD, menjadi bukti nyata bahwa budaya relasi lama telah menampilkan fakta amat memilukan (Floresa.co: 02/02/2023).

Lebih parahnya lagi, pelakunya ialah orang-orang terdekat. Mereka yang dianggap mampu menjadi ‘rumah’ untuk anak-anak, justru menjadi aktor utama dari berbagai praktik kekerasan. Kajian LBH APIK NTT membuktikan pelaku orang tua 29%, keluarga dekat 35%, pacar 20%, dan orang lain 4%. 

Data demikian membenarkan pepatah Latin yang mengatakan “cave a cane muto et aqua silenti” hati-hati dengan anjing yang tidak menggonggong dan air yang tenang. Orang tua dan orang terdekat lainnya ialah anjing yang tidak menggonggong dan air yang tenang. Mereka perlu diwaspadai. Jika orang tua saja bertindak demikian, siapa lagi yang bisa menjadi ‘rumah’ untuk anak-anak?

Menuju Budaya Baru

Praktik memilukan tersebut mendorong kita untuk segera mengantisipasi permasalahan ini. “Make the world a homeland for everyone” jadikanlah dunia tanah air bagi semua orang. Demikianlah kalimat ajakan dari Santo John B. Scalabrini untuk mendorong segenap umat manusia agar lebih memperlakukan manusia seperti manusia. 

Dalam konteks child protection kalimat tersebut mengajak kita  untuk mentransformasi diri dari budaya lama menuju budaya baru. Budaya yang lebih menghargai keberadaan hak-hak anak. Budaya yang memperlakukan anak dengan penuh cinta. Bukan dengan kekerasan. Bukan dengan tindakan pemerkosaan ataupun tindakan pendiskriminasian lainnya.

Dalam budaya baru ini kita mesti tahu diri; “siapa saya di mata anak-anak?” Menarik ada peribahasa Latin mengatakan “nosse te upsum”¬ kenali dirimu sendiri. Dalam budaya baru ini, kita diajak untuk lebih tahu diri. Ketika saya sebagai orang tua apa yang mesti saya buat untuk anak-anak? 

Ketika saya seorang guru apa yang saya buat? Ketika saya kakak atau pacar atau teman ataupun sahabat, apa yang saya buat? Pertanyaan demikian hemat saya dapat membantu kita dalam memposisikan diri dalam mengembangkan relasi dengan anak-anak.

Dengan mengenali diri sendiri dan tahu memposisi diri, maka kasus kekerasan terhadap anak akan diminimalisir bahkan tak akan ditemukan lagi. Santo Agustinus pernah menulis bahwa  dengan mengenali diri sendiri, kita akan mampu menemukan arah perjalanan kita, dari mana kita datang dan ke mana kita pergi. 

Dengan demikian kepedulian kita dengan anak-anak akan mengental tatkala mengetahui siapa Anda di mata anak-anak dan ke mana Anda akan membawa mereka. Semakin kita mengenali diri sendiri, semakin kita menjadi ‘rumah’ bagi anak-anak. (Red.pikiRindu)


Penulis adalah Seminaris Scalabrinian Ruteng

Alasan Artificial Intelligence (AI) Tidak Bisa Gantikan Peran Guru

 

Ilustrasi guru membimbing siswa belajar (Sumber:pixabay)

pikiRindu.com- Sebagai pembuka tulisan ini, alangkah baiknya kita mengenal apa aitu Artificial Intelligence (AI). AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang berfokus pada pengembangan teknologi untuk membuat mesin dapat melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia.

Secara sederhana, AI dapat diartikan sebagai kemampuan komputer untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia seperti pengambilan keputusan, pengenalan wajah atau bahasa, dan penerjemahan bahasa.

Untuk mencapai tujuan tersebut, AI menggunakan berbagai teknik seperti machine learning, deep learning, dan neural networks. Machine learning mengacu pada kemampuan mesin untuk belajar dari data tanpa harus diprogram secara eksplisit, sementara deep learning mengacu pada jaringan neural yang lebih kompleks dan dapat menyelesaikan tugas-tugas yang lebih rumit.

AI dapat diterapkan pada berbagai bidang seperti pengolahan bahasa alami, pengenalan gambar, robotika, dan banyak lagi. AI juga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam berbagai industri seperti kesehatan, transportasi, dan manufaktur.

Namun, perlu diingat bahwa meskipun AI dapat memberikan banyak manfaat, teknologi ini juga dapat menimbulkan beberapa tantangan seperti masalah privasi dan keamanan data, serta kekhawatiran tentang potensi penggantian pekerjaan manusia oleh mesin.

Oleh karena itu, penggunaan AI harus dilakukan dengan bijak dan mempertimbangkan dampaknya terhadap manusia dan masyarakat secara keseluruhan.

Peran guru di kelas tidak dapat digantikan oleh kehadiran AI. Walaupun teknologi semakin canggih, AI hanya dapat mengambil alih tugas-tugas rutin seperti memberikan tugas dan mengoreksi jawaban.

Namun, peran guru lebih dari sekedar memberikan tugas dan mengoreksi jawaban. Guru juga bertugas untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, mengajarkan keterampilan sosial dan berinteraksi dengan orang lain, serta mempersiapkan siswa untuk sukses di dunia kerja.

Sebagai contoh, dalam proses belajar-mengajar, guru dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, memotivasi siswa untuk belajar, dan memberikan pengarahan dan dukungan dalam karir akademik siswa. Selain itu, guru juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan kognitif, keterampilan sosial, dan kemampuan berpikir kritis.

AI dapat memberikan kontribusi positif dalam proses belajar-mengajar, tetapi AI tidak dapat mengambil alih peran guru secara keseluruhan. Peran guru sebagai pendidik dan pembimbing siswa tetap sangat penting dan tidak dapat digantikan oleh teknologi.

Oleh karena itu, peran guru di kelas tetap sangat penting dan relevan, dan guru harus terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa. AI dapat digunakan sebagai media pembelajaran dengan cara sebagai berikut.

Personalisasi Pembelajaran

AI dapat membantu guru untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu siswa. Dengan menggunakan algoritma yang diprogram untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, AI dapat membantu guru untuk membuat rencana pembelajaran yang sesuai untuk setiap siswa.

Pengembangan Materi Pembelajaran Yang Interaktif

AI dapat digunakan untuk membuat materi pembelajaran yang interaktif seperti video animasi, game, atau simulasi yang menarik dan dapat membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik.

Pembelajaran Jarak Jauh

AI dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengadakan pembelajaran jarak jauh dengan memberikan akses ke platform pembelajaran online yang memungkinkan guru untuk memberikan materi, tugas, dan kuis secara online.

Analisis Data Pembelajaran

AI dapat digunakan untuk menganalisis data pembelajaran seperti hasil tes, kuis, dan tugas yang dapat membantu guru dalam mengevaluasi kemajuan siswa dan membuat rencana pembelajaran yang lebih baik di masa depan.

Konseling Akademik

AI dapat digunakan untuk memberikan konseling akademik kepada siswa secara otomatis dengan mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan memberikan saran atau solusi yang sesuai. Namun, hal ini tetap dibawah tuntunan orang yang lebih dewasa seperti guru.

Namun sekali lagi, perlu diingat bahwa AI hanya dapat membantu dalam proses pembelajaran, bukan menggantikan peran guru sebagai pengajar dan pembimbing. Oleh karena itu, AI harus digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran dan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka. (Red.pikiRindu)

Pendidikan Karakter: Membangun Anak yang Berkarakter Kuat Melalui Literasi

 

Ilustrasi: pixabay.com

pikiRindu.com- Pendidikan karakter menjadi hal yang penting bagi setiap orang tua dan pendidik di seluruh dunia. Pendidikan karakter tidak hanya menekankan pada nilai-nilai moral dan agama, tetapi juga keterampilan-keterampilan seperti kemandirian, kreativitas, keterampilan sosial, dan lainnya. Salah satu metode yang efektif untuk membentuk karakter anak adalah melalui literasi.

Literasi adalah keterampilan membaca, menulis, dan berbicara yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, literasi juga dapat membantu membangun karakter anak yang kuat dan berintegritas. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai bagaimana pendidikan karakter melalui literasi dapat membantu membangun anak yang berkarakter kuat.

Pertama-tama, literasi dapat membantu anak untuk memahami dan menginternalisasi nilai-nilai moral dan etika yang baik. Dalam membaca buku atau cerita, anak akan diperkenalkan dengan karakter-karakter yang memiliki nilai-nilai positif seperti kejujuran, kerja keras, kepedulian, dan lain-lain. Dalam proses membaca ini, anak akan belajar untuk merenungkan nilai-nilai ini dan mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam kehidupannya.

Selain itu, membaca juga dapat membantu anak untuk meningkatkan empati dan kepekaan sosial. Dalam membaca cerita atau novel, anak akan terpapar dengan berbagai situasi dan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Dalam proses ini, anak akan belajar untuk memahami dan menghargai perbedaan orang lain serta belajar untuk merespons secara positif terhadap orang lain.

Selanjutnya, literasi juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dalam membaca, anak akan diajak untuk berpikir kritis dan menganalisis isi dari buku tersebut. Anak akan belajar untuk menyusun argumentasi dan membuat kesimpulan dari apa yang telah dibaca. Hal ini akan membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sangat penting untuk masa depannya.

Selain itu, literasi juga dapat membantu anak untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Dalam membaca cerita atau novel, anak akan dibawa ke dalam dunia baru yang penuh dengan imajinasi dan kreativitas. Dalam proses ini, anak akan belajar untuk berpikir kreatif dan membuka pikirannya untuk ide-ide baru.

Selanjutnya, literasi juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berbicara yang baik. Dalam membaca, anak akan terbiasa untuk memahami kata-kata dan memperluas kosakata mereka. Hal ini akan membantu anak untuk berbicara dengan lebih lancar dan efektif. Selain itu, membaca juga dapat membantu anak untuk memperbaiki tata bahasa dan ejaan mereka.

Dengan demikian, literasi menjadi salah satu metode yang efektif untuk membentuk karakter anak yang kuat dan berintegritas. Melalui literasi, anak dapat memahami dan menginternalisasi nilai-nilai.

Moral yang baik, meningkatkan empati dan kepekaan sosial, mengembangkan keterampilan berpikir kritis, meningkatkan imajinasi dan kreativitas, serta mengembangkan keterampilan berbicara yang baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memperkenalkan literasi sejak dini pada anak-anak agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang memiliki karakter kuat dan berintegritas.

Namun, perlu diingat bahwa pendidikan karakter melalui literasi bukanlah satu-satunya metode untuk membentuk karakter anak. Pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan anak, termasuk di rumah, di sekolah, dan di masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan contoh dan menjadi panutan bagi anak-anak dalam hal perilaku dan sikap yang baik.

Dalam menjalankan pendidikan karakter, orang tua dan pendidik juga harus mengenali keunikan dan kebutuhan anak masing-masing. Setiap anak memiliki karakteristik dan potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak agar dapat berhasil dan efektif.

Terakhir, penting juga untuk diingat bahwa pendidikan karakter adalah proses yang berkelanjutan. Proses ini tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat atau dalam satu momen tertentu saja. Oleh karena itu, pendidikan karakter harus diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan anak dan dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.

Pendidikan karakter melalui literasi adalah salah satu metode yang efektif untuk membentuk karakter anak yang kuat dan berintegritas. Namun, metode ini bukanlah satu-satunya metode yang dapat digunakan. Penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan contoh dan menjadi panutan bagi anak-anak dalam hal perilaku dan sikap yang baik. Selain itu, pendidikan karakter harus disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik anak serta diintegrasikan dalam setiap aspek kehidupan anak agar dapat berhasil dan efektif.

Dalam proses pendidikan karakter melalui literasi, orang tua dan pendidik harus memperkenalkan literasi sejak dini pada anak-anak. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan membacakan buku cerita pada anak sejak dini, memperkenalkan anak pada dunia tulis-menulis, dan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara dan mengekspresikan diri mereka.

Selain itu, pendidikan karakter melalui literasi dapat dilakukan dengan mengajarkan anak untuk menghargai perbedaan, memperluas wawasan melalui membaca, dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Dalam hal ini, buku cerita dapat menjadi media yang efektif untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut pada anak-anak.

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam pendidikan karakter melalui literasi adalah dengan mengajarkan anak untuk membaca buku-buku yang mengandung nilai-nilai moral dan karakter yang baik, seperti kesederhanaan, kerja keras, kejujuran, dan lain sebagainya. Buku-buku seperti ini dapat membantu anak memahami nilai-nilai penting dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, orang tua dan pendidik juga dapat memberikan kesempatan pada anak untuk menulis dan mengungkapkan pemikiran mereka. Dalam hal ini, dapat diberikan tugas menulis esai, membuat cerita pendek, atau bahkan membuat buku cerita sendiri. 

Kegiatan ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan berpikir kritis, mengembangkan kreativitas, dan memperkuat karakter anak.

Dalam mengakhiri tulisan ini, penting untuk diingat bahwa pendidikan karakter melalui literasi adalah salah satu metode yang efektif dalam membentuk karakter anak yang kuat dan berintegritas. 

Metode ini dapat dilakukan dengan cara memperkenalkan literasi sejak dini pada anak, membacakan buku cerita, memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan diri, dan mengajarkan nilai-nilai moral dan karakter melalui buku-buku cerita. Namun, pendidikan karakter tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat atau dalam satu momen tertentu saja, melainkan harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan dalam setiap aspek kehidupan anak. (Red.pikiRindu)

Alasan Finlandia Menjadi Negara Dengan Sistem Pendidikan Terbaik

Gambar siswa lagi belajar (Sumber: pixabay.com)

Penulis: Ricardus Jundu, Editor: Florida N. Kabut

pikiRindu - The Program for International Student Assessment (PISA) yang bekerja sama dengan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) secara rutin memberikan informasi bahwa banyak negara yang tertinggal dalam pendidikan.

Sistem Pendidikan yang lemah memberikan dampak pada hasil dari pendidikan itu sendiri. Sistem pendidikan yang kuno menyebabkan pelaksanaan pendidikan di sekolah menjadi kaku dan sulit bergerak maju.

Namun, dunia pendidikan kita harus bergerak maju dengan cara melompot jauh ke depan. Hal ini terpaksa dilakukan agar pendidikan kita tidak ketinggalan jauh dari berbagai negara lainnya di dunia ini.

Kita harus memiliki rujukan yang jelas agar bisa menciptakan sistem pendidikan yang berkualitas. Rujukan tersebut bisa dari sistem pendidikan dari negara lain. Ssalah satu rujukannya adalah negara Finlandia.

Berikut alasan bagi kita merujuk pada Finlandia.

Baca Juga: Desain Pembelajaran Kekinian dan Kedisinian

Tanpa Test Standar

Finlandia memiliki alasan yang jelas tanpa tes karena mereka tidak menginginkan bahwa siswa belajar hanya semata-mata untuk lulus ujian. Lalu, guru sibuk dengan mempersiapkan siswa agar bisa lulus ujian.

Finlandia hanya memiliki Ujian Matrikulasi Nasional, yang merupakan tes sukarela untuk siswa di akhir sekolah menengah atas. Siswa dinilai berdasarkan individualnya dan sistem penilaian ditetapkan oleh guru. Kemajuan pelaksanaan pendidikannya dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, yang mengambil sampel kelompok di berbagai sekolah.

Standar Guru Tinggi

Di Finlandia, standar bagi guru ditetapkan sangat tinggi. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melakukan sistem penilaian yang ketat bagi guru. Dalam hal ini, guru secara sadar bahwa dia harus melakukan yang terbaik bagi siswanya untuk kemajuan pendidikan di negaranya. Persyaratan menjadi guru yaitu bergelar master dan sudah mengambil profesi keguruan. 

Mengedepankan Kerja Sama Bukan Kompetisi

Dalam perjalanan sistem pendidikan di Finlandia lebih mengedepankan kerja sama dari pada kompetisi. Dalam hal ini pembentukan kepribadian siswa menjadi dominan karena bisa menghantarkan siswa pada tujuan dari pendidikan itu sendiri. 

Hal Dasar Menjadi Prioritas

Sistem pendidikan kita cenderung mengutamakan ketercapaian hasil belajar melalui ujian atau ulangan sehingga siswa cenderung berusaha untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Proses belajarnya bisa dengan cara yang singkat dengan menghafal dan belajar saat menjelang ujian. 

Dalam hal ini kita lupa bahwa tujuan dari belajar itu kita bisa mengenal dengan baik makna dari apa yang dipelajari.

Finlandia lebih mengutamakan hal dasar dalam pelaksanaan pendidikannya dengan memperhatikan dengan lingkungan siswa dan belajar yang bahagia, harmonis, dan sehat serta tidak fokus pada nilai bagus atau tidak. Di Finlandia, mereka berupaya agar lingkungan sekolah menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk belajar banyak hal.

Beberapa hal dasar itu antara lain; mengurangi ketimpangan sosial, menerima makanan gratis, akses pelayanan kesehatan, konseling, dan bimbingan individu.

Mulai sekolah di usia yang lebih tua

Di Finlandia, siswa bisa mulai sekolah di usia 7 tahun. Mereka mebiarkan anak-anak di bawah umur 7 tahun untuk menikmati hidupnya sebagai anak-anak. Hanya ada 9 tahun sekolah wajib yang harus diikuti oleh anak-anak di Finlandia. Setelah itu, di usia 16 tahun pilihannya opsional bagi siswa.

Untuk melanjutkan pendidikan ke universitas maka siswanya menempuh pendidikan di sekolah menengah atas selama tiga tahun agar bisa mengikuti ujian matrikulasi sehingga bisa diterima di universitas.

Siswa Masuk Sekolah Tidak Terlalu Cepat

Siswa di Finlandia biasanya mulai sekolah mulai pukul 09.00 – 09.45. Penelitian telah menunjukkan bahwa waktu mulai lebih awal merugikan kesejahteraan, kesehatan, dan kematangan siswa. Sekolah Finlandia dimulai tidak kepagian dan berakhir pada pukul 02:00 – 02:45. Mereka juga memiliki waktu istirahat yang lebih lama untuk bermain dan sebagainya. 

Baca Juga: Orang Tua Harus Tahu Belajar Efektif Anak Dari Pandangan Slameto

Siswa Dibimbing Oleh Guru Yang Sama

Dalam proses pendampingan belajar siswa akan dilakukan oleh guru yang sama dan tidak menggunakan sistem gonta-ganti guru saat mempelajari topik belajar tertentu. 

Suasana Lingkungan Belajar Lebih Santai

Siswa di Finlandia tidak diharapkan untuk stres karena belajar. Siswa biasanya hanya memiliki beberapa kelas sehari. Mereka memiliki beberapa kali untuk makan, menikmati kegiatan rekreasi dan umumnya hanya bersantai. Hal yang sama juga berlaku untuk guru agar bisa bersantai dan bersosialisasi. Siswa memiliki lebih sedikit pekerjaan rumah dan pekerjaan di luar yang dibutuhkan.

Siswa diharapkan menyelesaikan semua aktifitas belajarnya di sekolah sehingga tidak ada tekanan tambahan bagi siswa. Siswanya juga tidak khawatir tentang nilai yang tinggi atau rendah dan mereka hanya fokus pada belajar serta bertumbuh sebagai manusia. (Red.pikiRindu)

Penulis merupakan orang yang suka jalan-jalan di pedalaman Flores - NTT. Penulis juga penyuka karya sastra dan seni, pegiat usaha mikro yang bergerak di ekonomi kreatif-bisnis digital dengan nama usahanya Flores Corner Group (naiqu, cemilan santuy, dan JND desain), serta pengajar di Unika Santu Paulus Ruteng. Hasil tulisan penulis sudah banyak dipublikasikan di berbagai media cetak dan online. 

Kikisnya Kesadaran Lingkungan

Sumber foto latar: pixabay.com

Penulis: Stefanus Jehalut, Editor: Selvianus Hadun

Pikiran.pikiRindu - Dalam kehidupan yang kian modern seperti sekarang ini, begitu banyak problematika yang terjadi atau tantangan mengglobal umat manusia yang selalu diperbincangkan. 

Salah satu tantangan itu adalah krisis kesadaran terhadap ekologi. Pemerintah dan masyarakat merasakan keprihatinan yang sangat mendalam mengenai krisis kesadaran terhadap ekologi ini. 

Hal ini terjadi karena minim dan kikisnya kesadaran terhadap lingkungan tempat mereka tinggal dan tidak menyadari udara yang mereka hirup setiap hari, air, organ tubuh yang bersumber dari lingkungan.

Minim dan kikisnya nilai kesadaran manusia mengenai lingkungan tempat manusia tinggal akan menyebabkan munculnya eksploitatif terhadap lingkungan. 

Dalam hal ini alam mempunyai makna lain yaitu tempat untuk memuaskan keinginan manusia yang rakus karena memanfaatkan alam secara berlebihan tanpa mempertimbangkan prinsip ekologis untuk mencintai alam sebagaimana manusia mencintai dirinya. 

Masalah ekologi bukanlah masalah yang diragukan lagi sebab lingkungan yang yang dulunya hijau permai kini menjadi tanah tandus yang penuh kehancuran. 

Dalam hal ini lingkungan yang kita tinggal semakin menjadi tidak layak lagi karena kerusakan yang ditimbulkan sebagai banyaknya aktivitas manusia.

Jika kita melihat kembali kisah penciptaan bahwa sebelum Allah menciptakan manusia Ia terlebih dahulu menciptakan tumbuh-tumbuhan, pohon yang berbuah dan hewan, Allah pun melihat segalanya baik. 

Lalu terakhir, Allah menciptakan manusia. Ciptaan yang terakhir inilah yang membawa kehancuran dan kerusakan bagi semua ciptaan Allah yang lainnya. 

Dalam hal ini kita dapat mengambil sebuah konklusi bahwa manusia merendahkan derajatnya sebagai mahluk yang berakal budi karena tidak mampu memilah yang baik dan yang tidak baik. 

Saya mengatakan hal ini karena ciptaan Allah yang sebelum manusia tidak pernah merusak alam yang mereka tinggal, dalam hal ini binatang -binatang yang Tuhan ciptakan jauh lebih baik dari pada manusia yang berambisi untuk menguasi yang Tuhan telah ciptakan tetapi pada akhirnya menyeret pada liang kehancuran.

Baca Juga: Waspada Defisit Lingkungan

Deskripsi Singkat Tentang Ekologi

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, seorang murid Darwin pada tahun 1866, yang menunjukkan pada keseluruhan organisme atau pola hubungan antara organisme dan lingkungannya.

Ekologi bersal dari kata Yunani; Oikos dan logos, yang secara harafiah berarti rumah dan pengetahuan. Ekologi sebagai ilmu berarti pengetahuan tentang lingkungan hidup atau planet bumi ini sebagai keseluruhan. 

Bumi dianggap sebagai tempat kediaman manusia dan seluruh maklup dan benda fisik lainnya. Selanjutnya, menurut Wilam Chang, secara harafiah ekologi berarti penyelidikan tentang organisme-organisme dalam jagat raya. Denis Owen, ekologi selalu berurusan dengan relasi antara tumbuhan, hewan, dan lingkungan di mana mereka hidup. 

Bumi merupakan kediaman bersama dengan mahkluk lainnya. Dengan kata lain bumi merupakan yang di dalamnya manusia, hewan, tumbuhan, dan materi lainnya hidup secara berdampingan seperti yang dikatakan Febry suryanto, SVD dalam bulletin paguyuban frater SVD Manggarai yang berjudul "Menjadi Katolik Di Tanah Congka Sae."

Jika melihat defenisi di atas bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, sebab planet bumi ini tidak diciptakan khusus kepada manusia tetapi di bumi ini masih ada mahkluk lain yaitu; hewan, tumbuhan dan materi lainnya artinya manusia harus hidup berdamai dengan semua yang ada ini karena semuanya harus saling bergantungan, sebab manusia tidak bisa hidup tanpa air, udara tumbuhan, hewan.

Baca Juga: Jembatan Yang Ramai Dikerumuni Sampah

Ekologi dan Tindakan Serakah Manusia 

Dalam kehidupan kita sehari-hari, begitu banyak fenomena-fenomena yang terjadi di luar dugaan kita seperti; gempa bumi, longsor, polusi, angin topan, tsunami, dan banjir. Hal-hal ini adalah fenomena alam yang sulit kita prediksi kapan akan terjadi. 

Dari pristiwa-pristiwa ini jika saya merefleksikan secara mendalam dan melihat tingkah laku manusia modern pada alam maka semua yang terjadi itu (bencana alam) sebagai dampak dari perilaku manusia terhadap alam itu sendiri.

Dalam refleksi pribadi saya juga mengenai ekologi bahwa manusia yang mempunyai akal budi sering kali kehilangan akal sehat dalam memaknai alam bagi kehidupannya. Manusia cenderung memiliki ego untuk menguasai alam dengan tidak bijaksana sehingga kerap kali memperlakukan alam disekitanya secara berlebihan.

Tindakan-tindakan seperti inilah yang akan membuat planet bumi ini mengalami penurunan kualitas lingkungannya karena manusia menggunakan ego untuk meraup keuntungan dari alam.

Kerusakkan lingkungan ini juga akan menggeser dan menggusur keindahan ciptaan Tuhan. Kerusakan lingkungan hidup menyebabkan lingkungan tempat kita tinggal tidak lagi indah, tidak lagi tampil ramah tetapi yang ada hanyalah bencana bagi kehidupan.

Berbicara tentang ekologi berarti berbicara tentang lingkungan tempat kita tinggal bisa direfleksikan dari ungkapan orang manggarai tentang lingkungan:

Neka poka puar rantang mora usang

Neka tapa satar rantang mora kaka puar

Kudut kembus kid wae teku mboas kid wae woang

Artinya; Jangan merusak lingkungan agar kehidupan tetap berjalan dengan baik.

Tentunya ungkapan ini tidak hanya di tunjukan kepada orang manggarai tetapi kepada kita semua yang berada di planet yang sama ini agar kita benar-benar merawat bumi lebih baik ke depannya untuk keberlangsungan hidup anak cucu.

Prof. Lynn White mengatakan; Agama Kristen menciptakan dualisme manusia dan alam serta telah menjadi kehendak Allah agar manusia memanfaatkan alam untuk kepentingannya. Karena itu tidaklah mengherankan jika orang mengatakan; kekayaan atau potensi alam harus dimanfaatkan.

Perintah pertama yang di peroleh manusia dari penciptanya adalah menguasai (menggunakan) segala ciptaan lain demi pemenuhan kebutuhannya. 

Pandangan antroposentris ini manusia menjadi pusat segala nilai telah menempat manusia pada penguasa alam dan merendakan martabat ciptaan lain yang berimplikasi pada semakin meningkatkan pengerusakan alam (non human) yang dilakukan manusia yang pada gilirannya akan membawa bencana dan kesengsaraan bagi manusia.

Kenyataan ini mendorong manusia untuk mencari penafsiran baru yang bersifat ekologis.

Baca Juga: Pengaruh Politik Dalam Lingkaran Kekuasaan

Semua Ciptaan Tuhan Sama di Mata-Nya 

Kerusakan alam merupakan kondisi dan masalah lingkungan yang semakin dirasakan oleh semua umat manusia di seluruh dunia. kerusakan ini di sebabkan karena kikisnya kesadaran terhadap lingkungan, pemahaman yang keliru, dan penafsiran yang keliru tentang lingkungan.

Maka kita diundang untuk membawa perspektif baru di tengah-tengah dunia yang terbatas rasa kebijaksanaanya tentang ekologi. Kita harus bisa membawa perdamaian di tengah lingkungan yang sudah hancur karena keegoisan dan kerakusan manusia, sebab segala sesuatu yang di ciptakan oleh Tuhan baik manusia, hewan maupun tumbuhan sama-sama berarti dihadapan Allah. 

Kita juga membawa kesadaran ekologis untuk membuka cakrawala berpikir dari manusia, bahwa sesama ciptaan mempunyai nilai dan makna yang sama dihadapan sang pencipta. Semoga dengan kesadaran ini mendorong kita sebagai manusia untuk terus menerus menjaga dan memelihara lingkungan agar tetap eksis dan memberi hidup bagi semua generasi penerus. (Red.pikiRindu)

Isi tulisan sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Penulis merupakan seminaris OSM Golo Bilas Karot Ruteng

Masalah Perdagangan Manusia Sebagai Akibat Hilangnya Rasa Kemanusiaan

Foto: Julius Rinus

Penulis: Julius Rinus, Editor: Florida N. Kabut

Pikiran.pikiRindu - Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang berlimpah seharusnya bisa mensejahterakan kehidupan masyarakatnya. 

Sumber daya alam yang berlimpah itu pun dapat dimanfaatkan oleh masyarakatnya untuk meningkatkan ekonomi. Sisanya, bisa dijadikan produk yang bisa diekspor keluar negeri. 

Berkat sumber daya alam yang berlimpah itu pun sudah pasti dapat menghidupi masyarakat Indonesia. Namun yang menjadi masalah yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, mengapa masih banyak yang mau menjadi buruh di negeri orang.

Maraknya pekerja yang ingin bekerja di luar negeri, sampai proses ilegal pun dijalani agar bisa bekerja di luar negeri.

Banyak para calon tenaga kerja luar negeri yang tertipu dan masuk kasus human trafficking.  

Kasus seperti ini justru merugikan para calon pekerja dan menguntung mereka yang tidak bertanggung jawab.

Orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kesempatan itu untuk menipu calon pekerja. Faktanya, orang tersebut ingin melakukan perdagangan manusia.

Pertanyaan mendasarnya,  bagaimana caranya agar proses transaksi jual-beli manusia itu tidak ada lagi di bumi tercinta Indonesia ini? Apakah kekayaan sumber daya alam di Indonesia ini sudah habis sehingga tak ada lagi yang dapat diekspor ke luar negeri? 

Baca Juga: Pengaruh Politik Dalam Lingkaran Kekuasaan

Dan sekarang, manusialah yang menjadi barang yang dengan seenak dan semaunya untuk diperjualbelikan ke luar negeri? Apakah manusia tidak memiliki martabat kemanusiaan?

Praktek perdagangan orang atau biasa disebut dengan human trafficking kini terjadi lagi di Indonesia khususnya di provinsi NTT. 

Praktek perdagangan orang ini telah dimuat di surat kabar harian pos kupang pada Rabu, 09/10/2022 tentang penjualan manusia dengan harga 3,5 juta per orang. 

Kejadian ini merupakan contoh dari salah satu sikap manusia yang tidak menghormati dan menghargai hak asasi dan martabat manusia yang lain.

Hak asasi manusia boleh dilihat sebagai perwujudan konkret dari pengakuan istimewa atas martabat manusia setiap orang yang patut dijunjung tinggi sebagai norma objektif tingkah laku moral politik dalam relasi antar manusia.

Hak asasi merupakan bagian dari hak moral. Sumber langsung dari hak asasi manusia adalah martabat (nilai luhur) setiap manusia. 

Dalam hubungan dengan HAM, penghargaan itu merupakan satu imperatif moral dan bukan soal belas kasih dan keputusan pribadi. 

Hak seseorang mendasari kewajiban orang lain untuk menghormatinya. (Bds.HAK-HAK ASASI MANUSIA Pendasaran dalam Filsafat Hukum dan Filsafat Politik. Frans Ceunfin SVD. Hlm xxi-xxii).

Jadi, sebagai manusia kita harus menghormati, menghargai dan menjaga sesama kita manusia agar segala sesuatu yang mencoba merusak martabat serta hak asasi mausia dapat terelakkan.

Ada pun definisi dari filsuf kontemporer yaitu Immanuel Kant (1724-1804), yang menambahkan bahwa dia menerima sebagai dalil bahwa manusia dan makhluk yang berakal budi manapun adalah tujuan dalam dirinya. 

Konsep sebuah makhluk yang berakal budi sebagai tujuan dalam dirinya dan karena itu menjadi landasan untuk prinsip praktik yang paling tinggi dan hukum. 

Landasan prinsip ini adalah kodrat rasional berada sebagai tujuan dalam dirinya. Bertindaklah dan perlakukan manusia, baik itu pada dirimu sendiri maupun dalam diri orang lain. dan selalu serentaklah sebagai suatu tujuan dan tidak pernah hanya sebagai suatu alat atau sarana. Bds.GGS Edisi Mei-Juni2014).

Bagaimana cara mengatasi Human Trafficking ini?

Baca Juga: Keadilan Dan Tinjauan Realistis Tentang Kematian Brigadir Yosua

Kasus ini merupakan peristiwa yang kesekian kalinya terjadi di Indonesia. Human Trafficking adalah salah satu perbuatan yang tidak terpuji, karena dengan mudahnya perbuatan ini menjatuhkan dan melecehkan harga diri serta martabat kemanusiaan seseorang. 

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mengurangi masalah ini? Ada banyak harapan yang dimiliki oleh setiap orang untuk memberantas atau menghilangkan masalah human trafficking di negeri ini. 

Pastinya orang-orang tidak ingin untuk mendengar dan menghadapi problema seperti ini kembali. 

Menurut tanggapan penulis bahwa untuk mengurangi terjadinya kasus seperti ini di negeri tercinta Indonesia adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan. 

Dengan adanya lapangan pekerjaan di negara ini, pastinya orang-orang tidak mudah untuk dirayu agar bekerja di luar negeri oleh orang yang tidak bertanggung jawab yang berniat menjual manusia ke luar negeri. 

Dalam konteks menciptakan lapangan pekerjaan, pemerintah bisa mengupayakan peningkatan sumber daya manusia sehingga bisa berdampak pada kreativitas masyarakatnya menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Kiranya peristiwa atau kasus human trafficking mau mengingatkan kepada semua manusia bahwa pentingnya untuk menghargai dan menghormati hak asasi dan martabat manusia itu sendiri. 

Ingatlah bahwa manusia merupakan makhluk ciptaan yang sempurna atau dapat dikatakan dengan makhluk yang istimewa karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Sang Pencipta itu sendiri. 

Manusia memperoleh tempat yang istimewa dalam proses penciptaannya. Manusia merupakan puncak penciptaan dari Sang Pencipta. 

Dengan demikian, manusia tidak berhak menjadi penguasa bagi manusia yang lain, sehingga dengan seenak dan semaunya memperjual-belikan manusia dengan sesukanya. (Red.pikiRindu)

Penulis merupakan seminaris di biara OSM karot, Ruteng.

Isi dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Pengaruh Politik Dalam Lingkaran Kekuasaan

Sumber foto: pixabay.com

Penulis: Stefanus Jehalut

*Novis Biara OSM Golo Bilas

Kegelisahan publik akan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terjadi karena begitu banyaknya fenomena atau problematika yang terus menguasai ruang publik, terus beredar, dan bahkan kian mengkristal dalam kehidupan masyarakat yang semakin termodernisasi. 

Fenomena-fenomena ini berangkat dan berakar dari kegiatan politik di Indonesia yang hanya menghadirkan diri sebagai “tanah  kekerasan’’ jika struktur politik dan kekuasaan dikuasai spirit kekuasaan, (Dr. Max Regus, S.Fil.,M.Si: Menembus Batas Kemurungan. 2007: p.04).

Indonesia baru-baru ini dipenuhi oleh berbagai masalah sosial yang terus menguasai ruang media. Uniknya, masalah-masalah itu banyak yang disebabkan oleh pemangku kebijakan. 

Sebut saja beberapa kasus seperti di Jakarta “polisi tembak polisi” yang menewaskan brigadier Joshua. Di Atambua, Polisi menembak warga sipil, di Manggarai Timur kasus pencabulan dan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur yang sampai saat ini belum ada titik terang

Di Kupang, kasus Pembunuhan yang menewaskan seorang ibu dan anak, di kabupaten Manggarai maraknya berita pelelangan proyek yang melibatkan ibu Bupati.

Di Kanjuruan-Malang, beberapa oknum TNI dan POLRI terlibat dalam kasus kerusuhan sepakbola di stadium. 

Semuanya berhubungan dengan aparat negara yang seharusnya menjaga dan menertibkan masyarakat, malah menjadi sumber masalah dan memberi teladan yang kurang baik kepada masyarakat. 

Apakah berbagai contoh kasus di atas berkaitan dengan politik? Bisa saja seperti itu karena berakar dari konsep kekuasaan yang sewenang-wenang dan kekuasaan lahir dari panggung politik.

Masalah-masalah seperti ini juga muncul dalam kehidupan masyarakat karena berpijak dari contoh kepemimpinan yang salah serta pudarnya makna kehidupan sosial yang beradap. 

Baca Juga: Keadilan Dan Tinjauan Realistis Tentang Kematian Brigadir Yosua

Politik berorientasi kehormatan semestinya dilandasi kesadaran yang kuat

Manusia- manusia seperti ini hanya dapat mnyentuh level kognitif. Artinya mereka hanya sampai pada level mengetahui. 

Mereka telah berdiri di atas tiang kekuaasaan dan politik yang menakjubkan. Namun, semua itu belum sampai pada titik kesadaran. 

Kesadaran dapat mengendalilkan prilaku dan tindakan. Tindakan negatif itu merupakan suatu tantangan fundamental bagi negara dan bangsa ini dimana para penguasa telah memberikan teladan yang kurang sehat kepada rakyat. 

Pemerintah telah salah dalam memberikan asupan nilai penting kepada rakyat. Akhirnya, hal yang sama juga ditiru oleh rakyat dan sudah mengakar di kehidupan masyarakat sekarang. 

Seharusnya para elit menjadi contoh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, para elit politik justru  terus berjuang mengejar kehormatan di ruang publik dan konon menyembunyikan aib yang merusak kehidupan berbangsa. 

Panggung politik menjadi panggung sandiwara yang menyesakkan dada rakyat. Apakah negara akan terus membiarkan praktik panggung sandiwara dalam kehidupan berbangsa kini? 

Para elit politik harus sadar dan berangkat dari kesadaran diri tentang kebangsaan yang dibangun oleh pendiri bangsa.

Kesadaran tidak hanya menyentuh aspek intelektual, tetapi juga aspek sikap dan perilaku bernegara. Kesadaran akan menjadi jembatan atau piranti untuk menghubungkan pikiran-pikiran yang benar dengan tindakan- tindakan yang benar. Kesadaran adalah representasi keutuhan akan eksistensi atau keberadaan seseorang. 

Namun, kenyataan dalam kehidupan, kesadaran itu semakin pudar. Sifat apatis terus merajalela di mana -mana. 

Ranah politik justru menghadirkan contoh yang keliru sehingga menggiring masyarakat untuk hidup dan bertumbuh dalam kejahatan, kehancuran, psimisme dan fanatik.

Sebagai contoh yang salah dalam praktik politik misalnya politik uang. Bukankah ini akan menimbulkan permasalahan dalam masyarakat. Kegiatan politik uang akan menjadikan rakyat juga membenarkan praktik yang salah itu.  

Di saat kampanye inilah para politikus memberikan sederet kata-kata manis kepada rakyat dan memberikan janji-janji yang meyakinkan  tetapi pada dasarnya hanyalah janji-janji manis.

Janji-janji politik itu menjadi seperti senjata yang menguatkan kepentingan. 

Begitu juga dengan visi-misi yang disampaikan kepada masyarakat, selalu menjadi senjata kepentingan tertentu.

Baca Juga: Nilai Yang Pudar Dari Kota Kecil Ruteng

Disorientasi sebagai alasan pokok kehancuran 

Bangsa dan tanah air sedang mengalami disorentasi hidup yang menjadi alasan lahirnya korupsi dan sederet kejahatan lainnya.  

Bangsa kita tidak akan menemukan titik kehidupan yang baru jika bangsa kita tidak mampu mengekang dan mengendalikan diri dari kerakusan, ketamakan, apatis yang menyakitkan kepada masyarakat. 

Politik-politik bangsa kita hanya akan mengendurkan nilai  keberagaman dan kekayaan bangsa ini, karena politik bangsa kita telah menghilangkan nilai moral sehingga kerap kali membunuh rakyat kecil. 

Membunuh di sini tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Kegiatan politik seperti ini akan menceburkan bangsa dan negara kita pada suatu kehancuran, serta membawa bangsa kita pada titik amnesia akan kesadaran.

Janji politik kepada rakyat seperti suatu kuburan yang tampak luarnya penuh warna  yang indah, tetapi di dalamnya ada kehampaan, suatu ruang yang kosong, penuh dengan kebusukan. 

Para elit politik memiliki beragam cara dan strategi yang dapat merusak tatanan hidup bermasyarakat.

Sebagai contoh memainkan politik identitas. Khususnya dalam hal beragama, elit memanfaatkannya sebagai panggung politik yang strategis. Tentunya, itu merusak citra demokrasi. 

Cara seperti inilah yang membuat elit politik sebagai orang bermental pengecut  karena takut untuk bersaing secara benar.

Dalam konteks politik seperti itu membuat banyak orang mengalami krisis akal sehat serta memiliki paralogisme yang sangat fundamental. 

Negara Indonesia sedang jatuh pada suatu titik ketidaksadaran dan ketidakwarasan. Hal ini dikatakan ketidakwarasan dan ketidasadaran karena baru-baru ini banyak yang meninggal, bukan karena membela tanah air dari penjajahan negara lain, tetapi meninggal karena konflik dengan sesama saudara dalam satu atap yaitu Negara Kesatuan Republik  Indonesia.

Bukankah hal ini sangat lucu dan aneh? Lucu karena mendukung atau membela  suatu tim sepak bola sampai menghilangkan nyawa. 

Mengorbankan diri bukan karena kerja keras untuk memberi makan kepada anak istri, melainkan karena membela sesuatu yang bersifat aksidental atau yang bersifat hiburan. Hiburan ini dilakukan untuk mempererat rasa persaudaraan dalam satu negara, tetapi yang terjadi hanya menciptakan permusuhan. 

Lalu aneh, karena saling membunuh sesama saudara dalam satu negara, sehingga di sini sepak bola bukan lagi tempat untuk persaudaran dan mengekpresi talenta yang dimiliki, tetapi sepak bola memiliki arti lain yaitu menciptakan permusuhan dan menciptakan kuburan untuk sesama. 

Permusuhan dan kuburan itu tercipta sebagai produk dari disorientasi berpikir. 

Baca Juga: Budak Paruh Waktu Di Tanah Pilihan

Kebhinekaan dalam kesatuan 

Deretan masalah- masalah yang telah terjadi menyebabkan kehancuran dan perpecahan. Perpecahan itu diciptakan oleh anak-anak bangsa yang tidak mengenal identitas diri. 

Perlu kita sadari bersama bahwa bangsa kita ini memmiliki begitu banyak kekayaan baik budaya, ras, suku, bahasa. 

Semuanya disatukan oleh bhineka tunggal ika yang menegaskan bahwa walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. 

Inilah yang harus kita sadari bersama pula bahwa kita memiliki semua keberagaman itu yang tak dimiliki oleh negara lain. 

Namun, apa yang terjadi? Adanya perang antar sesama dalam satu negara, adanya saling membunuh, adanya saling menjatukan.

Marilah kita bangun politik yang didasarkan atas dasar cinta akan kepentingan bersama dan membangun persaudaraan dalam negara ini dengan rasa memiliki untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan. 

Strategi politik yang tepat dapat menyatukan kebhinekaan kita. Berpolitik  bukanlah cara mendapatkan kekuasaan semata. 

Berpolitik juga bukanlah tempat untuk menjatuhkan, bukan untuk menciptakan perbedaan. 

Politik yang sesungguhnya adalah salah satu cara untuk melahirkan nilai persaudaraan, membangun persatuan, mengenal tatanan dalam suatu negara, membantu masyarakat dalam proses tatanan perekonomian.

Oleh karena itu,  berpolitiklah secara sehat agar negara kita ini bisa bangkit dari keterpurukan dan keterbelakangan. 

Bergandeng tangan untuk memajukan kehidupan bangsa. Lalu bersama kita singkirkan sifat apatis yang menciptakan perbebdaan. 

Bersama kita tanamkan paradigma “berbeda-beda tetap satu” yakni satu dalam perjuangan membangun kesatuan NKRI yang baik, benar, adil, dan makmur.

 


Editor: Selvianus Hadun

Isi dalam tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis. 

@Red.pikiRindu

Keadilan Dan Tinjauan Realistis Tentang Kematian Brigadir Yosua

Foto: Paulus O. P. Hansen dengan latar belakang Ferdy Sambo dan Brigadir Yosua

Tinjauan Realistis Tentang Kematian Brigadir Yosua

Paulus Ola Putra Hansen

*Siswa Seminari Scalabrinian Ruteng

Pikiran.pikiRindu- Belum lama ini, Indonesia digemparkan oleh tragedi tembak menembak yang menewaskan seorang ajudan pribadi dari seorang petinggi Polri. 

Mirisnya, tragedi ini juga terjadi di rumah jabatan sang Jendral. Sebut saja, mantan Kadiv Propam Irjen Ferdi Sambo yang dicap sebagai biang kerok atas meninggalnya Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau yang kerap disapa Brigadir J. 

Dikutip dari majalah Tempo, kasus yang memicu perhatian publik ini menghadirkan beberapa nama yang ditetapkan sebagai tersangka, seperti Inspektur Jendral Ferdi Sambo yang dinilai sebagai otak pembunuhan terhadap Brigadir J.

Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihan Lumiu yang menjadi eksekutor.

Brigadir Kepala Ricky Rizal sebagai orang yang mengetahui sekaligus membantu penembakan korban.

Kuwat Maruf sebagai sopir pribadi Putri Candrawathi sekaligus saksi langsung proses pembunuhan. 

Putri Candrawathi yang dinilai telah mengajukan berita bohong. 

Berdasarkan isu yang beredar baik di masyarakat maupun di media, sepak terjang kematian Brigadir J dipicu oleh oleh kasus yang tidak enak didengar. 

Menko Polhukam, Mahfud MD mengatakan bahwa motif pembunuhan tersebut “ Hanya boleh didengar oleh orang dewasa” atau secara gamblang dipicu oleh kekerasan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap Putri Candrawathi atau istri dari Ferdi Sambo. 

Tidak berhenti di situ, isu lain mengatakan bahwa motif pembunuhan tersebut disebabkan oleh sang jendral yang sedang di ujung tanduk, karena Brigadir J mengetahui rahasianya.

Berdasarkan olah TKP, ditemukan bukti yang sesuai dengan laporan sang jendral di Mabes Polri, bahwa ada indikasi tembak menembak antara ajudan yaitu sang almahrum dengan Bahrada Eliezer. 

Dalam laporan tersebut bahwa Ferdi Sambo tidak terlibat. Aksi Bahrada E pun dianulir sebagai bentuk perlindungan terhadap perempuan yang merasa dipojokkan. 

Hal ini, belum tentu benar karena ada kejanggalan dalam olah TKP, seperti: CCTV yang rusak, pakayan yang digunakan almahrum tidak ditemukan, handphone juga tidak ditemukan, ada luka yang dianggap bukan merupakan hasil tembak dan bahkan adanya transaksi uang dari rekening Brigadir J pasca almahrum sudah berada di liang kubur. 

Kejanggalan-kejanggalan ini, memicu beragam tanggapan dari masyarakat terutama keluarga korban. 

Selanjutnya pihak keluarga korban yang diwakili kuasa hukum Kamaruddin Simanjutak meminta untuk melakukan autopsi ulang demi mendapatkan informasi yang valid. 

Bahkan presiden Indonesia, Ir. H. Jokowidodo dalam sebuah kesempatan mengatakan kepada semua pihak yang bertugas dalam pengungkapan kasus untuk mengusut tuntas tanpa ada yang disembunyikan.

Dilansir dari Pos Kupang, permintaan untuk mengadakan autopsi ulang akhirnya diindahkan dengan menghadirkan tim Dokter Forensik Gabungan yang berhasil mengungkap fakta baru, yaitu ada lima luka tembak dengan perincian empat butir peluru tembus dan satu lainnya bersarang di tulang belakang. 

Fakta lain yaitu ditemukan luka-luka selain luka tembak.

Setelah autopsi ulang muncul rumor baru, bahwa isu awal yang dikaitkan dengan pelecehan seksual berganti haluan. Artinya, isu itu penuh dengan kebohongan. 

Lantas! Masih adakah skenario yang pantas dipentaskan atau skenario asli akan dipajang di depan publik?

Pengalihan isu tersebut mengundang tanya di kalangan masyarakat Indonesia. Masih adakah keadilan untuk kaum tertindas?

Baca Juga: Eksistensi BBM Sebagai Pemicu Masalah dalam Masyarakat

Catatan Singkat bagi Institusi Polri

Sebagai pengayom masyarakat Institusi Kepolisian adalah pelayan yang pro masyarakat. 

Bahkan, ketika ada masalah yang terjadi, aparat senantiasa bergerak cepat, mengusut tuntas sampai ke akar-akarnya. Namun, tragedi kali ini cukup mengherankan. 

Pasca kejadian polisi tidak langsung membatasi TKP dengan tali khas kekuningan. Namun, olah TKP baru dilakukan setelah tiga hari pasca kejadian. 

Ini memicu beragam persepsi dari penulis termasuk publik, apakah kesempatan tiga hari adalah waktu yang cukup lama untuk menghilangkan segala barang bukti demi menghapus jejak pembunuhan? 

Baca Juga: Cerdas Menganalisis Informasi di Media Sosial

Berapakah harga keadilan sehingga tragedi ini belum mencapai kata selesai? 

Persepsi tersebut ternyata benar bahwa CCTV di rumah seorang Jendral mengalami kerusakan seminggu pra kejadian. Sampai saat ini pun belum ada titik akhir dari kasus tersebut. 

Sebagai sebuah Institusi kenegaraan, kepolisian seharusnya jujur dan terbuka supaya masyarakat menilai kinerja kepolisian benar-benar dijalankan atas dasar tanggung jawab.

Direktur Pemberitaan Tribun Network, Febby Mahendra Putra, yang dilansir dari pos Kupang, melakukan wawancara bersama mantan Kabareskrim Susno Duadji tentang peran Ferdi Sambo dalam institusi kepolisian. 

Susno mengatakan bahwa tersangka mempunyai power yang kuat dalam Institut Kepolisian, dimana dia berperan sebagai penentu baik buruknya seorang aparat untuk dipromosikan ke level selanjutnya dan juga memiliki kedekatan dengan Kapolri. 

Relasi tersebut bisa saja mengundang polemik baru karena publik menilai ada hal sengaja ditutup-tutupi oleh pihak Kepolisian. 

Oleh karena itu, institusi kepolisian harus segera menuntaskan masalah ini agar publik benar-benar menaruh kepercayaan bahwa kepolisian adalah lembaga yang menegakkan keadilan dengan seadil-adilnya. 

Keadilan yang dimaksudkan di sini adalah keadilan yang absolut. Artinya kepolisian melihatnya dari fakta bukan soal hubungan keluarga, kerja apalagi soal hubungan GELAP. 

Dengan kinerja kerja seperti ini, penulis yakin, bahwa institusi kepolisian yang telah tercoreng nama baiknya karena kasus ini bisa mengembalikan citra dan nama baiknya bahwa keadilan datang dari realitas yang tidak bisa diperjualbelikan oleh uang, jabatan dan lain sebagainya.


Penulis adalah siswa di Seminari Scalabrinian Ruteng.

Isi dalam tulisan menjadi tanggung jawab penulis.

Editor: Elvis Hadun

@Red.pikiRindu

Eksistensi BBM Sebagai Pemicu Masalah dalam Masyarakat

Foto: Paulus O. P. Hansen

Eksistensi BBM Sebagai Pemicu Masalah dalam Masyarakat

Paulus Ola Putra Hansen

* Seminari Scalabrinian Ruteng

Pikiran.pikiRindu- Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi  masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan penggunaan mesin berbahan bakar minyak untuk membantu melancarkan berbagai aktifitasnya sehari-hari. 

Contoh konkrit, sopir pasti membutuhkan bensin ataupun solar untuk menjalankan kendaraannya. Contoh lainnya, petani membutuhkan traktor untuk membajak sawah.

Sebagai konsumen, masyarakat berharap bahwa harga BBM tetaplah stabil. Artinya, bisa dijangkau oleh siapa pun. 

Kenaikan BBM  yang tengah terjadi di Indonesia merupakan masalah serius. Kebijakan pemerintah terkait masalah ini adalah bentuk ketidakmampuan pemerintah dalam menjamin kesejahteraan masyarakat.

DPR sebagai lembaga legislatif belum mampu memberikan titik terang. Dalam aksi demo oleh mahasiswa di depan gedung DPRD NTT pada Senin, 12 September 2022 menunjukkan sikap apatis dari DPR sebagai aspirator rakyat. Sebagai penyalur aspirasi rakyat mereka belum merespon secara cepat terkait keresahan yang dialami masyarakat. 

Hal ini dilihat dari kekecewaan para mahasiswa, setelah melakukan pertemuan singkat bersama Setwan DPRD NTT. Beliau  mengatakan bahwa pimpinan dan anggota DPR sedang melakukan riset  ke daerah serta tidak memiliki agenda untuk menerima aspirasi. 

Aksi para mahasiswa merupakan suatu bentuk penolakan terhadap kebijakan yang dinilai sangat merugikan masyarakat. Masyarakat berharap bahwa DPR bukan hanya berdiam diri di atas jabatannya tetapi harus ada tekad untuk membawa masyarakat menuju kesejahteraan hidup.

Bagaimana dampaknya bagi masyarakat?

Lahir dan Berkembangnya Kaum Kapitalis 

Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah kenaikan harga BBM adalah masalah yang sangat serius. Sebaliknya, bagi masyarakat kelas atas hal ini menjadi ajang menginvestasikan modal. Dampak yang dirasakan oleh kedua belah pihak di atas akan melahirkan sistem koloni baru atau yang sering disebut sebagai sistem pembagian kelas sosial antara kaum borjuis dengan proletar.

Ketidakmampuan masyarakat kecil dalam memenuhi kebutuhan BBM akan dimanfaatkan secara sempurna oleh pemilik modal untuk meminjamkannya dengan standar bunga yang tinggi.  Karena dituntut oleh kebutuhan masyarakat pada akhirnya menyepakati negosiasi tersebut. Hasil dari interaksi ini adalah yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin melarat. 

Meningkatnya Kasus Kejahatan

Ekonomi yang rendah berhadapan dengan kebutuhan yang tinggi memantik manusia untuk menghalalkan segala cara. Masyarakat akan kehilangan moralitas publik karena didesak oleh kebutuhan hidup yang variatif. Dari kebijakan ini, kasus-kasus kriminalitas seperti: begal, pencurian, prostitusi online dan aksi kejahatan lainnya akan meningkat. Hal ini juga akan menambah beban kerja pemerintah karena pra kebijakan kenaikan harga BBM kasus-kasus di atas masih saja mewarnai kehidupan masyarakat.

Kebijakan terkait kenaikan harga BBM adalah suatu kebijakan yang sulit diterima masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini dipicu oleh krisis ekonomi yang dialami masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah sebagai stakeholder harus mempertimbangkan kebijakan secara akurat agar berdampak positif bagi masyarakat.

Terkait meningkatnya harga BBM pemerintah harus memerhatikan keadaan masyarakat kecil. 

Sebagai konsumen tulisan ini juga mengajak  pembaca untuk mulai mempraktekkan  sikap hidup yang hemat. Hidup hemat bisa membantu masyarakat untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan lain  selain BBM. Selain itu, masyarakat juga bisa hidup dalam skala prioritas karena pandangannya semakin terbuka lebar untuk mencari cara terhadap masalah kehidupannya.


Penulis adalah siswa di Seminari Scalabrinian Ruteng.

Isi dalam tulisan menjadi tanggung jawab penulis.

@Red.pikiRindu

Orang Tua Harus Tahu Belajar Efektif Anak Dari Pandangan Slameto

Ilustrasi orang tua mendampingi anak belajar (Sumber Foto: pixabay.com)

Pikiran.pikiRindu- Tulisan ini merupakan ulasan tentang bagaimana belajar efektif dalam pandangan Drs. Slameto.

Slameto dalam bukunya yang berjudul "Belajar & Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi" mengatakan bahwa belajar merupakan sesuatu proses yang kompleks. Setiap orang pasti memiliki kemampuan yang berbeda apabila dilihat secara individual.

Keberhasilan dalam belajar membutuhkan usaha dan semangat juang yang tinggi. Usaha tersebut akan menghantar anak pada keberhasilan belajar.

Orang tua atau pun guru perlu mendampingi, bahkan membimbing anak di saat mereka belajar. Hal ini selain memotivasi anak, juga berpengaruh pada kedekatan emosional anak dan orang tua/guru.

Belajar yang efektif bisa membantu anak untuk mencapai tujuan belajarnya.

Dalam usaha belajar yang efektif orang tua/guru perlu memperhatikan anak dari kondisinya dan juga strategi belajarnya.

Slameto memberikan gambaran bahwa  orang tua/guru harus bisa memastikan bahwa kondisi anak sungguh dalam keadaan baik saat belajar, baik di rumah atau pun di sekolah.

Berkaitan dengan kondisi anak, ada dua kondisi yang perlu menjadi perhatian, yaitu kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal berhubungan dengan kondisi dari dalam diri anak, baik yang berhubungan dengan kesehatan, keamanan, dan lainnya. Kondisi eksternal berhubungan dengan adanya pengaruh dari luar diri sang anak.

Kondisi Internal

Anak juga perlu diperhatikan dari segi jasmaniah seperti makanan, istirahat, dan kesehatannya. Dengan kondisi fisik yang baik membuat anak dapat belajar dengan baik karena kondisi kerja otaknya tidak sedang terganggu.

Belajar yang baik ketika anak merasa nyaman saat sedang belajar. Jika kondisi jiwa sang anak terganggu dapat mengganggu konsentrasi anak.

Orang tua/guru juga perlu mendampingi sang anak dalam belajar karena dengan begitu anak akan merasa dicintai dan diperhatikan.  Kepedulian orang tua/guru membantu meningkatkan hubungan emosional yang baik. Hal itu akan membuat sang anak juga optimis, percaya diri, dan yakin bahwa dia memiliki kemampuan dan didukung oleh orang tua/guru.

Dalam diri anak, mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan dia juga harus sadar bahwa rasa ingin tahu itu membuat dia giat belajar sehingga bisa menggapai cita-citanya.

Kondisi Eksternal

Proses belajar anak juga dipengaruhi dari luar diri sang anak. Orang tua/guru harus menyadari dan mengetahui dengan baik hal itu. Ketika orang tua/guru mengetahui kondisi anak dari luar dirinya maka orang tua/guru akan menemukan solusi yang terbaik disaat anak mengalami kendala dalam belajarnya.

Lingkungan belajar yang baik akan mendukung proses belajar yang baik bagi anak. Ruang khusus untuk belajar perlu diperhatikan juga karena berdampak pada meningkatnya konsentrasi belajar anak. Selain itu, pencahayaan dalam ruangan belajarnya juga perlu diperhatikan agar tidak mengganggu matanya.

Orang tua perlu memperhatikan kebutuhan belajar sang anak seperti buku, alat tulis, dan media belajar lainnya. Dukungan orang tua dari luar seperti itu akan membuat anak merasa didukung, diperhatikan, dan dipedulikan. Hal itu akan memotivasi anak dan melahirkan rasa tanggung jawab pada sang anak.

Strategi Belajar

Strategi belajar sebagai cara efektif dan efisien bagi sang anak dalam proses belajarnya. Orang tua/guru seharusnya mempertimbangkan berbagai macam hal seperti keadaan anak dari dalam dirinya, kondisi lingkungan, kondisi waktu dan lain sebagainya.

Orang tua harus memastikan bahwa anak sehat, belajar di lingkungan yang nyaman dan di waktu yang tepat. Orang tua dalam hal ini mengontrol proses belajar sang anak.

Proses pendampingan belajar oleh orang tua bisa dilakukan dengan membuat jadwal harian, rencana kerja, dan motivasi belajar anak. Di lain kesempatan, orang tua juga memberikan gambaran cara mempelajari sesuatu baik dari buku, internet, dan lainnya agar anak mengetahui bagaimana memahami sesuatu yang dipelajari dengan mudah.

Orang tua juga mengarahkan dalam proses pendampingan belajar agar anak tidak sekedar membaca dan menyimak sesuatu dari buku atau video  tetapi perlu memahaminya juga, salah satunya dengan membuat catatan ringkas tentang yang dipelajari. Catatan ringkas itu akan bermanfaat ketika anak lupa akan sesuatu yang pernah dipelajarinya dengan melihat kembali ringkasannya.

Orang tua memang perlu meluangkan waktu agar bisa belajar bersama anak-anaknya. Hal ini bisa dilakukan dengan berdiskusi bersama, membahas sesuatu, atau mendampingi anak saat mengerjakan tugasnya.

Orang tua pastikan bahwa anak sungguh belajar sesuai jadwal yang telah disepakati bersama, melakukan proses belajar dengan membuat catatan ringkas, anak berkonsentrasi, mengerjakan tugas, ataupun hanya mengulangi apa yang pernah dipelajari.

Kehadiran orang tua dalam proses belajar anak akan menghantar anak pada pencapaian tujuan belajarnya serta cita-citanya.


Ricardus Jundu

Pengajar di Unika Santu Paulus Ruteng

Jembatan Yang Ramai Dikerumuni Sampah

Jembatan penuh sampah
Ilustrasi dampak sampah menghambat aliran air sungai di jembatan (sumber: pixabay.com)

Tentunya tidak sedikit jembatan menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Tulisan ini sekaligus menjadi kampanye "Area sekitar jembatan bukan tempat penitipan sampah".

Pikiran.pikiRindu- Permasalahan lingkungan sudah menjadi isu hangat di era globalisasi ini. Isu hangat tersebut muncul sebagai akibat dari terpuruknya kondisi lingkungan yang semakin parah. 

Buruknya kondisi lingkungan saat ini menyebabkan dampak yang begitu besar, bahkan sampai memakan korban jiwa. Ada banyak bencana yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat karena memburuknya kondisi lingkungan. 

Bencana yang sering terjadi seperti banjir, tanah longsor, tsunami, dan pemanasan global mengancam kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. 

Mengapa bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah bisa menyebabkan kerusakan lingkungan?

Semakin banyak jumlah penduduk maka bertambah pula aktivitas manusia yang secara langsung bisa berdampak pada pencemaran lingkuangan. Aktivitas manusia yang meningkat menyebabkan produksi sampah yang dihasilkan juga ikutan meningkat. 

Orang sering menganggap remeh permasalahan sampah tetapi Jakarta sebagai ibu kota negara menganggap hal itu sebagai sesuatu yang serius. Dampak sampah bagi manusia dan lingkungan sangat besar. 

Disadari atau tidak, berdasarkan data yang ada ternyata rata-rata setiap orang membuang sampah hampir 1 kg per hari. Jadi, bisa dibayangkan jika penduduk Indonesia 237 juta jiwa, maka berapa ribu ton sampah yg dibuang per harinya. 

Dengan demikian, Peningkatan jumlah penduduk sangat mempengaruhi volume sampah. Pertumbuhan penduduk akan seiring dengan peningkatan volume sampah yang dihasilkan.

Kota Ruteng sebagai ibu kota kabupaten Manggarai memang tidak sebesar ibu kota Jakarta. Namun berkaitan dengan permasalahan sampah, kota Ruteng lambat laun akan sama seperti Jakarta yang merasakan bahwa sampah menjadi masalah yang sangat serius.

Banyak masyarakat yang masih belum sadar akan pentingnya memperhatikan lingkungan. Buang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan yang dianggap biasa saja. Seharusnya, masyarakat memahami dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan juga terjadi di kota Ruteng. Hal ini bisa dilihat secara jelas saat musim hujan tiba. Penumpukan sampah menghambat aliran air di got saat hujan sehingga menyebabkan air meluap ke jalan raya.

Biasanya, lingkungan sekitar jembatan menjadi tempat yang disukai masyarakat untuk membuang sampah. Alasannya mungkin karena aksesnya yang paling mudah untuk membuang sampah. Dengan demikian, jembatan erat kaitannya dengan masalah sampah.

Masyarakat kota sering memanfaatkan jembatan dan aliran sungai sebagai tempat yang tepat untuk membuang sampah. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Jembatan bukanlah tempat terakir bagi sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia. 

Masyarakat kota Ruteng harus banyak belajar dari kota Jakarta yang tiap hari mempermasalahkan sampah. Jika tidak persoalan banjir juga akan mencuat dalam kehidupan masyarakat kota Ruteng.

Apabila kita jalan di beberapa jembatan yang tersebar di kota Ruteng pasti ada yang menjadi tempat penampungan sampah. Mungkin masyarakatnya beranggapan bahwa ketika hujan tiba membuat sampah akan ikut terhanyut bersama aliran air.

Kebiasaan membuang sampah di lingkungan sekitar jembatan tentunya akan membuat aliran air saat musim hujan terhambat. Dampak yang mungkin ditimbulkan yaitu banjir dan pencemaran air sungai.

Di sini, cepat atau lambat sampah di kota Ruteng akan menjadi masalah yang sama seperti di Jakarta bahkan bisa lebih parah dari itu. Masalah ini timbul karena kurangnya kepedulian pada lingkungan.

Sampah yang ada di area sekitar jembatan kebanyakan merupakan sampah rumah tangga dan sebagian kecil sebagai akibat dari usaha kecil menengah masyarakat. Sampah rumah tangga yang dihasilkan biasanya berupa sampah anorganik dan organik. 

Jika kita lebih teliti lagi maka yang paling banyak ditemukan adalah sampah anorganik. Sampah-sampah tersebut seperti sampah plastik, kaleng bekas, karet, dan kaca. Sedangkan, sampah organik yang dihasilkan biasanya sampah berupa daun-daunan dan ranting-ranting kayu saja. 

Sumber sampah tentunya datang dari aktivitas di rumah tangga dan juga usaha seperti bengkel, pabrik tempe-tahu, kios, warung, pertokoan dan pasar.

Dampak yang bisa ditimbulkan dari pencemaran sampah di kota Ruteng bisa ke beberapa aspek yaitu masalah kesehatan, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah pertanian. Dampak yang paling terasa adalah pada aspek kesehatan. 

Sampah yang tidak dikelola akan berpotensi besar menyebabkan berbagai gangguan kesehatan dengan berkembangnya binatang seperti lalat, nyamuk, bakteri, virus, protozoa, dan tikus yang menyebabkan penyebaran berbagai penyakit menular. 

Selain kesehatan, dampaknya juga pada aspek pertanian di mana terjadi penurunan hasil dan kualitas pertanian masyarakat. Selain itu, bencana alam seperti banjir juga dapat terjadi akibat terhambatnya aliran sungai karena adanya penumpukan sampah.

Bagaimana solusi mengatasi masalah sampah?

Permasalahan sampah dapat diminimalisir, khususnya di kota Ruteng volume sampah belum sebanyak volume sampah di kota-kota besar. Ada banyak cara untuk menanggulanginya, seperti melatih diri membuang sampah pada tempatnya sehingga menjadi budaya. 

Kita juga perlu mengurangi penggunaan kemasan pelastik sekali pakai, menjaga kebersihan lingkungan dengan bakti sosial, mendaur ulang sampah menjadi bahan yang berguna dan berkualitas, serta masih banyak lagi. 

Cara-cara tersebut dapat berjalan dengan baik apabila adanya kerja sama antara pemerintah terkait dengan masyarakat. Pemerintah memfasilitasi dan masyarakat mendukung program pemerintah sehingga tercipta harapan yang diinginkan bersama.

Pemerintah sudah menyiapkan berbagai tempat penampungan sampah sementara di beberapa titik di kota Ruteng. Seharusnya, masyarakat mendukung pemerintah menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah di tempat yang telah disiapkan pemerintah.

Sosialisasi tentang sampah juga penting karena pemahaman masyarakat akan pelestarian lingkungan berbeda-beda. Di sini dibutuhkan peran pemerintah untuk melaksanakan sosialisasi terkait berbagai dampak pencemaran sampah yang menjurus pada aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan pertanian.

Sosialisasi yang dilakukan tentunya akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pelestarian lingkungan. Dengan sosialisasi masyarakat dapat memahami sampah dapat menyebabkan masalah bagi manusia dan lingkungan.

Pendidikan dan latihan pengolahan sampah kepada masyarakat juga menjadi penting sesuai dengan UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. Pemerintah melalui dinas terkait dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki andil yang besar dalam diklat pengolahan sampah ini. 

Diklat pengolahan sampah seperti daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik kepada masyarakat tentunya juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan taraf hidupnya. 

Pembentukan bank sampah seperti yang sudah dikembangkan di daerah-daerah lain di Indonesia juga menjadi solusi yang tepat jika di terapkan di kota Ruteng. Masyarakat kota Ruteng perlu dibekali dengan hal-hal tersebut untuk menciptakan masyarakat kota Ruteng yang kreatif dan inovatif. 

Jadi, kesadaran dan kerjasama untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga-lembaga tertentu saja melainkan tanggung jawab kita semua. Tuhan menciptakan alam untuk manusia gunakan dengan bijaksana dan bukan untuk dirusak sesuka hati.

@Red.pikiRindu


Favorit Pembaca





Copyright © pikiRindu. All rights reserved.
Privacy Policy | About | Kontak | Disclaimer | Redaksi