Jalan Stapak Bapak Guru
Gambar Ilustrasi |
Penulis: Ricardus Jundu; Editor: Tim Redaksi
Bapak guru paling semangat, tanpa papan nama dan logo di baju kusamnya.
Wajahnya masih mengkerut penuh beban.
Beban kebutuhan rumah yang terus naik.
Rupanya bapak guru masih tersesat dengan pikiran usangnya.
Berdiri di depan gerbang sekolah setiap pagi.
Dia hanya mau menyapa siswa nakalnya.
Siswa yang tak tau untuk apa sekolah.
Bibirnya selalu tersenyum kepada siswa yang rajin sembari tangan kanannya terus menggaruk kepalanya yang mulai beruban.
Siswa nakalnya belum muncul dari seberang jalan stapak yang sering dilaluinya juga setiap hari.
Bapak guru masih tetap setia menunggu.
Nampak dari seberang jalan stapak, gerombolan siswa nakalnya muncul sambil bergurau tanpa beban di isi kepalanya.
Mulut bapak guru berteriak sampai suaranya hilang tertelan klakson kendaraan yang ramai di pagi hari.
Gerombolan itu tetap santai mengayunkan kaki tanpa beban walau sudah telat 5 menit.
Sepatu hitam dengan alasnya yang ditambal karet pura-pura menggertak siswa nakal itu.
Barulah suara hiruk pikuk kaki berlarian memasuki gerbang sekolah.
Bapak guru lalu terseyum sambil menghela nafas karena tugasnya belum selesai, tugas dari rumah dan sekolah yang terus bertambah.
Bapak guru masih tetap tabah dan setia dengan panggilan jiwanya. (Red.pikirindu)
Penulis adalah dosen di Unika Santu Paulus Ruteng, penyuka karya sastra, dan penggerak literasi.