Ads Right Header

Buy template blogger

Menghabit Komunikasi Langsung di Era Digital || Dino Kese

Ilustrasi (Sumber: pixabay)

Penulis: Dino Kese || Editor: Ricardus Jundu

PIKIRINDU.com- Komunikasi merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata bahasa Latin “comunicare” yang berarti menyampaikan. Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian makna dari satu entitas ke entitas, entitas ke individu dan dari individu ke individu (tripolar komunikasi). Proses komunikasi harus dijalankan sedemikian rupa sehingga orang bisa memahami apa yang sedang dibicarakan atau dibahas. 

Meminjam pemikiran Drs. Mu’tamar yang menegaskan bahwa “tanpa komunikasi, maka kebekuan, kemandegan dan bahkan kematian proses kehidupan umat manusia tidak mungkin dihindarkan” (Analisa, 19 juli 1993). Artinya,  komunikasi sudah menjadi kebutuhan umat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Ibarat ikan yang tak dapat hidup di darat.

Namun ironisnya, semenjak kehadiran handphone proses komunikasi secara langsung tidak lagi terjalin dengan baik. Hal ini terjadi karena banyak orang yang hanya memfokuskan diri sepenuhnya pada handphone semata. 

Mereka bersikap acuh tak acuh terhadap realitas sosial di sekelilingnya. Misalnya, pada zaman dulu, handphone hanya digunakan oleh orang-orang tertentu seperti pedagang atau pebisnis dan pegawai-pegawai guna memberikan dan menanyakan informasi. Tetapi, keadaan tersebut berbanding terbalik karena realitas yang terjadi saat ini menunjukkan hampir semua kalangan baik anak-anak, remaja, pelajar maupun orang tua sudah mempunyai handphone

Dengan kata lain handphone dapat dimiliki oleh semua orang tanpa memandang status. Mereka memiliki handphone yang berkualitas, dengan efek-efek menarik serta fitur-fitur yang canggih. Fakta demikian realitas komunikasi langsung semakin pudar.

Dengan semakin maraknya penggunaan handphone oleh setiap orang, menyebabkan munculnya kekhawatiran akan hilangnya komunikasi secara langsung dalam kehidupan manusia terutama dalam relasi sosialnya atau tripolar komunikasi. 

Istilah yang mungkin tak asing lagi di benak kita adalah “dekat menjadi jauh, jauh menjadi dekat”. Bagi penulis, istilah tersebut setidaknya mampu menggambarkan situasi buruk yang dialami masyarakat terkait dengan penggunaan handphone. Dalam suatu perkumpulan misalnya, orang lebih memilih menutup diri dengan memusatkan perhatiaan pada handphone ketimbang berdiskusi hal-hal berfaedah. Orang juga cendrung menciptakan keheningan tanpa makna daripada bergandeng tangan demi mengubah dunia. 

Terjadinya masalah seperti ini, hemat saya dikarenakan oleh beberapa hal: 1) Kurangnya kesadaran dalam diri setiap pribadi. 2) Minimnya sikap bijaksana dalam menggunakan handphone. 3) Manusia mengalami krisis  etika berdigital. 

Kendati demikian seandainya masalah ini terus berkembang di kehidupan manusia maka proses komunikasi secara langsung niscaya akan punah. Lantas agar komunikasi secara langsung dapat terjalin bagus maka kita semua mesti bersinergi dalam merawat komunikasi tersebut di era digitalisasi.

Ada beberapa cara untuk merawat komunikasi langsung di era serba digital; 1) harus adanya kesadaran dalam diri, 2) perlu mempelajari pengetahuan tentang penggunaan handphone, dan 3) memiliki jadwal bermain handphone.

Pertama, kesadaran diri. Dalam memposisikan diri di era digitalisasi maka, seseorang mesti sadar diri, bahwa komunikasi dengan orang terdekat ialah hal penting dalam relasi sosial dibandingkan dengan chattingan atau video call dengan orang yang jauh. 

Kedua, mempelajari etika berdigital. Dengan mempelajari etika berdigital, saya pikir itu akan memberikan pengetahuan pada seseorang bahwa penggunaan handphone juga mempunyai batasnya. Misalnya saat berkumpul bersama, maka yang difokuskan bukan lagi handphone tetapi kebersamaan dalam perkumpulan tersebut. 

BACA JUGA:

* Fenomena Money Politic di Negara Demokrasi Jelang Pemilu

* Mengoptimalkan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Dampak Positif Siswa

Ketiga, membuat jadwal  penggunaan handphone. Poin ketiga ini merupakan lanjutan dari poin kedua. Ketika kita telah dibekali pengetahuan tentang etika berdigital, maka langkah praktis yang dapat dilakukan ialah dengan membuat jadwal penggunan handphone. Dengan mempunyai jadwal yang jelas maka otomatis kehidupan kita tidak hanya fokus dengan handphone.

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa, kehadiran handphone saat ini mempengaruhi perubahan proses komunikasi fisik (langsung). Disarankan bahwa para pengguna handphone harus menggunakan handphone sebaik mungkin supaya proses komunikasi langsung masih tetap terjaga. Mari kita merawat proses komunikasi langsung di era digitalisasi ini  dengan cara-cara baik dan tentunya wajar yang menimbulkan pandangan direct communication. (Red.pikirindu)


Penulis merupakan seminaris Scalabrinian Ruteng

Previous article
Next article

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel