Ads Right Header

Buy template blogger

Jembatan Yang Ramai Dikerumuni Sampah

Jembatan penuh sampah
Ilustrasi dampak sampah menghambat aliran air sungai di jembatan (sumber: pixabay.com)

Penulis: Ricardus Jundu

Tentunya tidak sedikit jembatan menjadi tempat pembuangan akhir sampah. Tulisan ini sekaligus menjadi kampanye "Area sekitar jembatan bukan tempat penitipan sampah".

Permasalahan lingkungan sudah menjadi isu hangat di era globalisasi ini. Isu hangat tersebut muncul sebagai akibat dari terpuruknya kondisi lingkungan yang semakin parah. 

Buruknya kondisi lingkungan saat ini menyebabkan dampak yang begitu besar, bahkan sampai memakan korban jiwa. Ada banyak bencana yang menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat karena memburuknya kondisi lingkungan. 

Bencana yang sering terjadi seperti banjir, tanah longsor, tsunami, dan pemanasan global mengancam kehidupan. Peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah juga menjadi salah satu faktor penyebabnya. 

Mengapa bertambahnya jumlah penduduk di suatu wilayah bisa menyebabkan kerusakan lingkungan?

Semakin banyak jumlah penduduk maka bertambah pula aktivitas manusia yang secara langsung bisa berdampak pada pencemaran lingkuangan. Aktivitas manusia yang meningkat menyebabkan produksi sampah yang dihasilkan juga ikutan meningkat. 

Orang sering menganggap remeh permasalahan sampah tetapi Jakarta sebagai ibu kota negara menganggap hal itu sebagai sesuatu yang serius. Dampak sampah bagi manusia dan lingkungan sangat besar. 

Disadari atau tidak, berdasarkan data yang ada ternyata rata-rata setiap orang membuang sampah hampir 1 kg per hari. Jadi, bisa dibayangkan jika penduduk Indonesia 237 juta jiwa, maka berapa ribu ton sampah yg dibuang per harinya. 

Dengan demikian, Peningkatan jumlah penduduk sangat mempengaruhi volume sampah. Pertumbuhan penduduk akan seiring dengan peningkatan volume sampah yang dihasilkan.

Kota Ruteng sebagai ibu kota kabupaten Manggarai memang tidak sebesar ibu kota Jakarta. Namun berkaitan dengan permasalahan sampah, kota Ruteng lambat laun akan sama seperti Jakarta yang merasakan bahwa sampah menjadi masalah yang sangat serius.

Banyak masyarakat yang masih belum sadar akan pentingnya memperhatikan lingkungan. Buang sampah sembarangan masih menjadi kebiasaan yang dianggap biasa saja. Seharusnya, masyarakat memahami dampak yang ditimbulkan dari kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Kebiasaan membuang sampah sembarangan juga terjadi di kota Ruteng. Hal ini bisa dilihat secara jelas saat musim hujan tiba. Penumpukan sampah menghambat aliran air di got saat hujan sehingga menyebabkan air meluap ke jalan raya.

Biasanya, lingkungan sekitar jembatan menjadi tempat yang disukai masyarakat untuk membuang sampah. Alasannya mungkin karena aksesnya yang paling mudah untuk membuang sampah. Dengan demikian, jembatan erat kaitannya dengan masalah sampah.

Masyarakat kota sering memanfaatkan jembatan dan aliran sungai sebagai tempat yang tepat untuk membuang sampah. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat masih sangat rendah. Jembatan bukanlah tempat terakir bagi sampah yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia. 

Masyarakat kota Ruteng harus banyak belajar dari kota Jakarta yang tiap hari mempermasalahkan sampah. Jika tidak persoalan banjir juga akan mencuat dalam kehidupan masyarakat kota Ruteng.

Apabila kita jalan di beberapa jembatan yang tersebar di kota Ruteng pasti ada yang menjadi tempat penampungan sampah. Mungkin masyarakatnya beranggapan bahwa ketika hujan tiba membuat sampah akan ikut terhanyut bersama aliran air.

Kebiasaan membuang sampah di lingkungan sekitar jembatan tentunya akan membuat aliran air saat musim hujan terhambat. Dampak yang mungkin ditimbulkan yaitu banjir dan pencemaran air sungai.

Di sini, cepat atau lambat sampah di kota Ruteng akan menjadi masalah yang sama seperti di Jakarta bahkan bisa lebih parah dari itu. Masalah ini timbul karena kurangnya kepedulian pada lingkungan.

Sampah yang ada di area sekitar jembatan kebanyakan merupakan sampah rumah tangga dan sebagian kecil sebagai akibat dari usaha kecil menengah masyarakat. Sampah rumah tangga yang dihasilkan biasanya berupa sampah anorganik dan organik. 

Jika kita lebih teliti lagi maka yang paling banyak ditemukan adalah sampah anorganik. Sampah-sampah tersebut seperti sampah plastik, kaleng bekas, karet, dan kaca. Sedangkan, sampah organik yang dihasilkan biasanya sampah berupa daun-daunan dan ranting-ranting kayu saja. 

Sumber sampah tentunya datang dari aktivitas di rumah tangga dan juga usaha seperti bengkel, pabrik tempe-tahu, kios, warung, pertokoan dan pasar.

Dampak yang bisa ditimbulkan dari pencemaran sampah di kota Ruteng bisa ke beberapa aspek yaitu masalah kesehatan, masalah sosial, masalah ekonomi, dan masalah pertanian. Dampak yang paling terasa adalah pada aspek kesehatan. 

Sampah yang tidak dikelola akan berpotensi besar menyebabkan berbagai gangguan kesehatan dengan berkembangnya binatang seperti lalat, nyamuk, bakteri, virus, protozoa, dan tikus yang menyebabkan penyebaran berbagai penyakit menular. 

Selain kesehatan, dampaknya juga pada aspek pertanian di mana terjadi penurunan hasil dan kualitas pertanian masyarakat. Selain itu, bencana alam seperti banjir juga dapat terjadi akibat terhambatnya aliran sungai karena adanya penumpukan sampah.

Bagaimana solusi mengatasi masalah sampah?

Permasalahan sampah dapat diminimalisir, khususnya di kota Ruteng volume sampah belum sebanyak volume sampah di kota-kota besar. Ada banyak cara untuk menanggulanginya, seperti melatih diri membuang sampah pada tempatnya sehingga menjadi budaya. 

Kita juga perlu mengurangi penggunaan kemasan pelastik sekali pakai, menjaga kebersihan lingkungan dengan bakti sosial, mendaur ulang sampah menjadi bahan yang berguna dan berkualitas, serta masih banyak lagi. 

Cara-cara tersebut dapat berjalan dengan baik apabila adanya kerja sama antara pemerintah terkait dengan masyarakat. Pemerintah memfasilitasi dan masyarakat mendukung program pemerintah sehingga tercipta harapan yang diinginkan bersama.

Pemerintah sudah menyiapkan berbagai tempat penampungan sampah sementara di beberapa titik di kota Ruteng. Seharusnya, masyarakat mendukung pemerintah menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampah di tempat yang telah disiapkan pemerintah.

Sosialisasi tentang sampah juga penting karena pemahaman masyarakat akan pelestarian lingkungan berbeda-beda. Di sini dibutuhkan peran pemerintah untuk melaksanakan sosialisasi terkait berbagai dampak pencemaran sampah yang menjurus pada aspek kesehatan, sosial, ekonomi, dan pertanian.

Sosialisasi yang dilakukan tentunya akan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pelestarian lingkungan. Dengan sosialisasi masyarakat dapat memahami sampah dapat menyebabkan masalah bagi manusia dan lingkungan.

Pendidikan dan latihan pengolahan sampah kepada masyarakat juga menjadi penting sesuai dengan UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. Pemerintah melalui dinas terkait dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) memiliki andil yang besar dalam diklat pengolahan sampah ini. 

Diklat pengolahan sampah seperti daur ulang sampah plastik menjadi kerajinan tangan dan pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik kepada masyarakat tentunya juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan taraf hidupnya. 

Pembentukan bank sampah seperti yang sudah dikembangkan di daerah-daerah lain di Indonesia juga menjadi solusi yang tepat jika di terapkan di kota Ruteng. Masyarakat kota Ruteng perlu dibekali dengan hal-hal tersebut untuk menciptakan masyarakat kota Ruteng yang kreatif dan inovatif. 

Jadi, kesadaran dan kerjasama untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga-lembaga tertentu saja melainkan tanggung jawab kita semua. Tuhan menciptakan alam untuk manusia gunakan dengan bijaksana dan bukan untuk dirusak sesuka hati.

@Red.pikiRindu


Previous article
Next article

Ads Atas Artikel

Ads Tengah Artikel 1

Ads Tengah Artikel 2

Ads Bawah Artikel