Puisi: Hujan Diawal Juni || Maria Serlina Vemi
Foto penulis (Background bersumber dari pixabay.com) |
Hujan Diawal Juni
Oleh: Maria Serlina Vemi
Unika Santu Paulus Ruteng
Sore ini rintik kecil itu kembali menyapa
Mengguyur tanah yang perlahan mulai gersang
Membasahi ranting-ranting dan dedaunan yang mulai mengering
Menghapus jejak-jejak kaki sang anak yang tadinya berlari
Lalu menghantarkan rindu yang kian lama mengiring.
Padahal empat hari lalu, Mei baru saja usai.
Awan yang menampung sejuta kenangan menyebar
Menghiasi rintik-rintik hujan jatuh semakin menderas
Hawa dingin semakin terasa seketika
Hinggap kala angin menerpa.
Sejuknya senja di ujung barat kota Ruteng tak lagi terasa
Lagi-lagi hati ini remuk dan runtuh, dikalahkan oleh rindu dan kenangan.
Di jendela kamar tempat ku berteduh
Sendiri ku nikmati tetesan hujan, menahan rindu yang semakin menggebu.
Perlahan kuhapus percikan hujan yang menempel di kaca jendela
Sambil bertanya pada jemari tangan
Apakah hujan awal Juni ini adalah rindu yang menguap?
Terlalu lama merengkuh jarak dan rindu
Tak terasa kalori dalam diri mengikis tertelan pedih
Rindu yang telah lama bercengkrama dengan diam
Akhirnya, kembali menjadi bongkahan beku yang tidak dicairkan oleh apapun.
Seharusnya aku tak bangun di saat hujan deras sore ini
Agar tak ada rindu yang menggebu di setiap butir beningnya.
Oh hujan, bolehkah aku meminta?
Lewat butiran beningmu, titipkan rinduku padanya.